Kamis, 28 Juni 2012

Ayah = Malaikat Pelindungku yang Pendiam

Ayah, kalau berbicara tentang ayah. bagiku sungguh banyak kata-kata yang tak terluapkan untuk ayah.
ayah sungguh menjadi malaikatku.











saat pergi jauh mungkin kebanyakan kita merindukan mama. mungkin karna mama yang selalu menelpon kita. tapi tahukah kamu, ayah yang juga mengingatkan  mama untuk menanyakan kabar kita.

ketika masih kecil dan kita sedang semangat menggeloranya untuk belajar main sepeda.
Ibu takut kamu jatuh tapi ayah tidak takut, karena ayah tau dan percaya kamu punya banyak keberanian dan pasti bisa menjadi pemain sepeda yang handal

ketika kamu melihat anak-anak lain memiliki mainan canggih, kamu juga memintanya pada ibu mu. ibu ingin memberikannya padamu namun ayah mengatakan "tidak untuk sekarang".
kamu menangis dalam kamar mu dan berkata "ayah tidak memiliki hati!!"
tapi tahukah kamu bahwa ayah juga terluka karna tak bisa membelikan mu balon atau boneka atau mungkin mobil-mobilan seperti yang dimiliki anak lainnya. hanya saja ayah lebih memikirkan keuangan keluarga.
untuk membalas rasa bersalahnya ia pun menjual jam tangannya dan membelikan kado ulang tahun sederhana yang sebisanya untukmu dan kamu berkata "betapa tidak beruntungnya aku punya ayah yang tidak mampu!!"
bayangkan perasaan nya, ia bahkan tidak memakai jam tangan lagi karena mu. sudah berbeda dengan teman-temannya yang lain yang mungkin memiliki pekerjaan yang lebih baik dari ayahmu.

ketika beranjak dewasa, kau meminta untuk bisa keluar bebas sepulang jam sekolah
ayah memintamu untuk tidak berpergian dan kau membanting pintu dengan sekuatnya hingga mengejutkan ayahmu. kau tau betapa sakitnya hatinya?? ia hanya tak ingin kau terjerumus dengan kekacauan dunia yang membosankan dan fana.

ketika kau mulai mengenal cinta yang baru, ayah memintamu hati-hati dan kau mengatakan "itu bukan urusan ayah!!" kau tahu, sesungguhnya ayah tak ingin kau terluka karena cinta yang salah. dan kau tau? sebenarnya ayah mulai takut kau menghabisi waktu dengan orang yang tak tepat dan mulai melupakan waktu untuk bersama ayah.

ketika lulus kuliah dan tiba saatnya kau wisuda, ayahlah orang yang pertama kali bertepuk tangan dengan bangganya dan berkata "dia memang hebat! dia anakku"

ketika kau berada di altar suci dan berjanji setia dengan pendampingmu, kau tau? sebenarnya ayahlah yang pertama kali menangis di hatinya karena harus melepasmu pergi membina keluarga yang baru dan jauh dari pantauannya. dan ia hanya bisa berdoa dan berkata dalam hatinya "selesai sudah tugasku menjaga mu anakku"

ketika kau mulai memiliki anak, ku mohon. bawalah anak mu untuk menghibur ayahmu. dan temanilah ia, ia sudah cukup lama kesepian. ayah kita juga seorang manusia biasa yang juga merindukan perhatian yang tulus, khususnya dari anak yang dibesarkannya, KAMU.


0 komentar:

Posting Komentar