RASUL KERAHIMAN
ILAHI
(Devosi kepada
Kerahiman Ilahi)
I.
Riwayat
Hidup St. Faustina
Kowalska (1905-1938)
St. Faustina Kowalska
lahir di Polandia Tengah pada tanggal 25.8.1905 sebagai anak ketiga dari
sepuluh bersaudara. Dua hari kemudian ia
dipermandikan dengan nama Helena. Bapaknya seorang petani merangkap tukang
kayu. Bersama ibunya ia rajin bekerja. Mereka
menganggap bekerja keras itu sebagai jalan kepada kesalehan. Si ibu mendidik
anak-anaknya dengan lemah-lembut tetapi tegas. Pasangan suami-istri ini selalu
menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Dalam rumah mereka ada
peraturan seperti dalam biara yaitu berdoa dan bekerja! Helena hanya mencapai
kelas 3 SD. Namun ia seorang anak yang pintar dan rajin. Semboyannya adalah ”biar
tahu satu pekerjaan, asal tahu betul”. Sejak kecil Helena suka berdoa, ia
tidak puas dengan doa bersama waktu pagi dan malam saja. Ia sering bangun tengah malam dan berdoa sendiri lama
sekali, sampai-sampai ibunya menegurnya. Helena menjawab, “Malaikat
Pelindung yang membangunkan aku untuk berdoa.”
Ketika berumur 9 tahun Helena menerima
Sakramen Pengakuan dan Sakramen Ekaristi untuk pertama kalinya. “Riwayat Orang
Kudus” adalah buku yang paling suka dibacanya., kemudian ia berjuang
sungguh-sungguh meneladaninya pada kudus itu! Antara lain ia menjadi “katekis”
bagi teman-temannya. Waktu itu, Polandia dijajah oleh Rusia. Keluarga Helena
meskipun rajin bekerja, namun tetap miskin. Sebab itu ketika berumur 16 tahun.
Helena minta izin pada ibunya untuk diperbolehkan mencari pekerjaan agar dapat
menolong orang tuanya. Sebagai pembantu rumah tangga, Helena bersifat taat,
rajin, sopan dan teliti. Setahun
kemudian ia pulang ke rumah untuk minta izin masuk biara. Bapaknya berkeberatan
karena tak mempunyai uang. Helena menjawab, ”Aku tak memerlukan uang, Tuhan
Yesus sendirilah yang akan berjuang supaya aku masuk biara.”
Sebab orang tuanya teteap berkeberatan, Helena mencari
kerja lagi dengan syarat, tiap hari ia bisa hadir Misa, sekali setahun
mengikuti retret, dan pada waktu luang mengunjungi orang sakit serta menolong
orang miskin. ”Ketika aku melihat, bahwa dari sesama tak akan ada bantuan,
aku semakin melarikan diri kepada Yesus, kepada Guru yang paling baik”
(B.H.-I,31). Ketika berdoa di muka Tabernakel, ia selalu mendengar panggilan
Tuhan yang akhirnya pada suatu hari pesta, Yesus langsung memanggilnya, lalu
Yesus berkata, ”Hentikanlah pekerjaanmu sebagai pelayan dan berangkatlah ke
Warszawa, agar engkau bisa masuk biara!’ maka pada tanggal 1.8.1925 ia masuk
biara suster Bunda Maria Maharahim. ”Waktu itu aku merasa sepertinya aku masuk
Firdaus dan aku berterima kasih kepada Allah” (B.H.-I,6). Serikat itu berusaha
menolong gadis-gadis dan wanita-wanita yang kurang baik, yang memerlukan
pembaharuan rohani melalui perbuatan belaskasihan dan kerahiman. Pada tanggal 30.4.1926 Helena menerima pakaian biara
dan mengenakan nama baru Sr. Faustina. Ia tetap mencintai keindahan alam dan di
dalamnya ia melihat kebaikan dan kebesaran Allah. Setiap jiwa yang baik,
seperti bapak Ayub: harus dibersihkan oleh pencobaan. Demikian pula
Faustina pernah mengalami “malam gelap” dalam hidup rohaninya. Tanggal
30.4.1928, Sr. Faustina mengikrarkan
kaulnya yang pertama. Dia menulis: “Waktu kaul pertamaku, kerinduanku
berkobar-kobar untuk meleburkan diri demi Tuhan melalui cinta nyata. Sejak itu
jiwaku bergaul dengan Tuhan seperti anak dengan bapa yang tercinta” (B.H.-I,11).
Dan “dengan Yesus aku berjalan ke mana-mana. KehadiranNya ada besertaku” (B.H.-I,201). Kewajiban
rohaninya dalam biara dijalankannya dengan sungguh-sungguh. Supaya berhasil, ia
membuat niat secara tertulis: ”Latihan rohaniku akan kulaksanakan sedemikian
rupa, seolah-olah aku menjalankan itu untuk terakhir kalinya dalam hidupku.
Dengan cara demikian aku mau melaksanakan semua kewajibanku.” (B.H.-II,240).
Suara hatinya sungguh halus: ”O, Matahari Ilahi, dalam
sinarMu, jiwaku melihat debu yang paling kecil, yang tidak Kau sukai” (B.H.-I,29).
Sr. Faustina sungguh-sungguh berjuang supaya menjadi biarawati yang bertanggung
jawab dan supaya semua orang merasa senang dengan kehadirannya. Pekerjaannya
sederhana: di dapur, di kebun atau di pintu sebagai penerima tamu. Ia rela
dipindahkan, di mana tenaganya diperlukan. Semuanya itu dijalankan dalam
kerendahan hati. Tuhan sendiri mempersiapkan dia untuk menerima rahmat yang
lebih besar, yaitu rahmat mistik, dan rahmat untuk menerima penampakan Tuhan
Yesus Yang Maharahim sejak tanggal 22.2.1931. Sr. Faustina sadar, bahwa ”penderitaan
adalah rahmat yang besar. Melalui penderitaannya, jiwanya menyatukan diri dengan
Penyelamat. Dalam penderitaan, cinta mengkristal. Makin besar penderitaan,
cinta menjadi semakin bersih” (B.H.4, 23). Dan ”jiwa yang disucikan oleh
kesulitan menjadi rendah hati. Ia merasa
kena sentuhan rahmat yang paling halus. Ia selalu setia kepada Tuhan. Dari
jauh, ia mengenal Allah dan menikmatinya selalu. Ia gampang sekali melihat dan merasakan Allah dalam hati
orang lain dan di mana saja” (B.H.-I,54). Sr. Faustina juga mendapat karunia
bisa melihat Malaikat Pelindungnya. ”Ketika aku pulang dari gereja, banyak
setan menghalangi jalanku. Aku minta bantuan Malaikat Pelindungku, lalu
tiba-tiba ia muncul dalam bentuk cahaya dan semua setan lari. Kemudian,
Malaikatku berjalan bersamaku sampai ke rumah. Dahinya bercahaya bagai sinar
api” (B.H.-I,174). ”Pada pesta St. Mikhael, Malaikat Agung, aku melihat
panglima itu berada dekat aku. Ia berkata kepadaku: ’Tuhan menyuruhku supaya
aku secara khusus melindungimu. Dan engkau harus tahu, bahwa kejahatan
membenci engkau. Namun jangan takut! Siapa seperti Allah?’ Sesudah itu, ia
menghilang, tetapi aku tetap merasakan kehadirannya dekat aku” (B.H.-II,142). Sr.
Faustina memperhatikan peraturan liturgi Gereja: ”Setiap pesta Gereja
memperdalam pengetahuanku tentang Tuhan dan membawa rahmat bagiku. Karena itu,
aku selalu menyiapkan diri sungguh-sungguh untuk merayakan pesta-pesta itu
dalam jiwa Gereja. O, betapa gembiranya hidup sebagai anak Gereja yang setia!”
(B.H.-I,199). Sr. Faustina merasa paling bahagia bila berada di depan
Sakramen Mahakudus. ”Aku tidak mau kesibukan kerja menelan aku sehingga aku
bisa melupakan Tuhan. Segala waktu yang terluang akan kupergunakan untuk berdoa
di hadapan Tuhan yang tersembunyi dalam Sakramen Mahakudus. Dialah Guruku sejak
mudaku!” (B.H.-I,35). ”Paling banyak terang kudapat ketika beradorasi sambil
berbaring dalam bentuk salib di muka Tabernakel. Waktu itu aku dapat lebih
baik mengenal Tuhan dan diriku sendiri” (B.H.-I,69). ”Waktu menerima Komuni
sebuah Hostia jatuh ke tanganku. Ketika Hostia itu berada di atas tanganku, aku
merasakan kekuatan cinta yang sangat besar sampai-sampai sepanjang hari aku tak
dapat makan dan tidak bisa segera menjadi sadar kembali. Karena aku melihat
Anak Yesus, bukannya Hostia!” (B.H.-I,76). ”Sesudah menerima Komuni Suci, aku
merasa berada dalam hatiku, Hati Yesus yang sedang berdenyut. Meskipun sudah
cukup lama, aku masih tetap sadar, bahwa
Komuni Suci berada dalam hatiku sampai Komuni berikut. Hari ini, secara khusus
aku menyembah Yesus dalam hatiku dan berdoa, supaya Ia dengan rahmatNya
melindungi anak-anak kecil terhadap kejahatan yang mengancam mereka. Kehadiran
Allah dalam hatiku kurasa bukan saja kehadiran hidup tetapi kehadiran secara
fisik sepanjang hari. Akan tetapi, aku merasa tak terganggu dalam
melaksanakan tugas harianku” (B.H.-VII,8). Dan ”ketika tenagaku mulai melemah,
Komuni Suci memperkuat aku dan menjadi sandaran bagiku. Sungguh aku merasa takut kalau aku tak dapat menerima
Komuni Suci” (B.H.-VII,11). Dan Sr. Faustina berdoa: ”O, Yesus, pada waktu
Komuni, Engkau bersama dengan Bapa dan Roh Kudus datang ke hatiku dan tinggal
dalam surga kecil ini. Aku berusaha
sepanjang hari berada bersama-Mu dan aku tak mau meninggalkan Engkau
sendirian!” (B.H.-I,201). Di samping devosi kepada Sakramen Mahakudus, Sr.
Faustina secara khusus menghormati dan mencintai Bunda Maria yang juga sering
menampakkan diri kepadanya. ”Malam ketika aku berdoa, Bunda Maria berbicara
kepadaku: hidupmu harus seperti
hidupku dalam kesunyian dan tersembunyi., Engkau harus tak henti-hentinya
menyatukan diri dengan Allah dan berdoa untuk dunia dan menyiapkan dunia untuk
kedatangan Tuhan yang terakhir
(B.H.-II,83). Dan Sr. Faustina menulis: ”Semakin aku meneladani Maria, semakin
dalam aku mengenal Allah (B.H.-II,226). Dalam penampakan, Yesus meminta
kepadanya, ”Siapa saja yang mendekati
engkau, janganlah ia pergi tanpa pengharapan pada KerahimanKu, yang Aku
inginkan agar menjadi milik jiwa-jiwa. Berdoalah,
sedapat mungkin untuk jiwa-jiwa yang berada dalam sakrat maut.
Mintalah untuk mereka pengharapan pada KerahimanKu, karena merekalah yang
paling membutuhkan pengharapan itu, sementara merekalah yang paling sedikit
memilikinya. Ketahuilah, bahwa rahmat keselamatan kekal untuk beberapa jiwa
pada jam kematiannya tergantung dari doamu. Engkau mengenal kedalaman
KerahimanKu. Sebab itu cedoklah rahmat itu untuk dirimu sendiri dan terutama
untuk para pendosa yang malang”
(B.H.VI,128). Lalu beginilah jawaban Sr. Faustina: ”O, Yesus! Rinduku bernyala
seperti kurban murni dan biarlah aku menghancur di hadapan takhta kediaman-Mu.
Aku tak henti-hentinya berdoa untuk orang berdosa yang berada dalam sakrat
maut” (B.H.I,34). Ia berniat: ”untuk bermati raga kecil-kecilan dan berdoa
”Rosario Kerahiman” dengan tangan terentang. Setiap hari Sabtu, ia berdoa satu peristiwa
sambil terentang. Kadang-kadang ia mengucapkan doa tertentu sambil bertiarap. Hari
Kamis, ia menjalankan jam silih, hari Jumat ia bermati raga lebih hebat untuk
para pendosa yang berada dalam sakrat maut” (B.H.-I,113). Dalam suatu
penampakan, Yesus minta supaya Sr. Faustina banyak berdoa untuk jiwa-jiwa di
Api Penyucian”. Pada suatu malam, datang seorang suster yang sudah
meninggal yang meminta doanya, karena ia sangat menderita di Api Penyucian. Ia
berkata, ”Engkau mempunyai cinta kasih yang benar terhadap sesama. Doamu banyak
menolong dan jangan berhenti mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian” (B.H.-I,23).
Tugas utama Sr. Faustina yang menyebabkan ia dipilih dan dipanggil masuk biara
serta mendapat penampakan Yesus adalah usahanya menyebarluaskan devosi baru, yaitu devosi kepada Kerahiman Ilahi. Kebanyakan
penampakan terjadi ketika Sr. Faustina berdoa di muka tabernakel atau dalam
Misa Kudus. Yesus berkata: ”Dalam
Perjanjian Lama, Aku mengutus para nabi dengan ancaman-ancaman. Sekarang Aku mengutus engkau dengan KerahimanKu
kepada seluruh umat manusia. Aku tak mau menghukum manusia yang bersusah.
Sebaliknya, Aku mau menyembuhkan mereka sambil mendekap mereka dekat HatiKu
yang Maharahim. Aku mempergunakan hukuman, ketika mereka memaksa Aku
untuk melakukannya. TanganKu tidak suka memegang pedang keadilan.
Sebelum hari
pengadilan tiba, akan Kukirim hari Kerahiman”(B.H.-V,155). ”Putriku, engkaulah
sekretaris KerahimanKu. Aku memberi kepadamu tugas ini untuk hidup sekarang dan
untuk hidup yang akan datang. Aku menginginkan hal ini meskipun orang akan
mengadakan berbagai perlawanan terhadap engkau” (B.H.-VI,9). ”Aku mau supaya
semua waktumu yang terluang kau pergunakan untuk menulis apa yang engkau dengar
dariKu” (B.H.-VI,65). Dan, Sr.
Faustina dengan penuh semangat menjawab: ”Aku mau membawa semua orang berdosa
kepadaMu, supaya mereka memuji KerahimanMu selama-lamanya!” (B.H.-I,30).
”Ketika aku mendekati altar dan mulai merenungkan sengsara Yesus, jiwaku
tenggelam dalam penderitaan yang
dahsyat, karena sifat tak tahu berterima kasih dari jiwa-jiwa yang hidup di
dunia ini, terlebih jiwa-jiwa pilihan Tuhan sendiri” (B.H.-I,163). ”Tiga jam
aku menderita dan tak ada obat yang dapat membantu meringankan penderitaanku. Kadang-kadang aku menderita begitu hebat sampai-sampai
aku pingsan. Yesus memberitahukan kepadaku bahwa dengan cara demikian, aku ikut
ambil bagian dalam sengsara-Nya di Kebun Zaitun. Dan penderitaan itu diberiNya
kepadaku untuk menyilih dosa ibu-ibu yang membunuh bayi dalam kandungan
mereka. Sengsara itu sudah tiga kali saya rasakan. Tiap kali mulai jam
08.00 malam sampai jam 11.00 dan tak ada obat yang dapat mengurangi
penderitaanku. Jam 11.00 sengsaraku itu hilang” (B.H.IV,31). Jelas bahwa neraka
tak mau tinggal diam melihat perjuangan St. Faustina. ”Setan mengaku kepadaku,
bahwa aku sasaran kebenciannya. Seribu jiwa merugikan aku tak ada artinya
dibandingkan upayamu berbicara tentang Kerahiman yang besar dari Tuhan.
Para pendosa yang paling ulung mulai mengharap dan kembali kepada Allah,
sementara aku, setan, kehilangan semuanya. Tambahan lagi, engkau menganiaya
aku dengan Kerahiman Ilahi itu”. Aku mengerti, betapa setan membenci
Kerahiman Ilahi dan tidak mau mengakui kebaikan Allah” (B.H.III,45). St.
Faustina berjuang mati-matian, supaya lebih dahulu gambar itu jadi. Baru
kemudian dengan bantuan bapak rohaninya, Abdi Tuhan, Mikael Sopocko, mulailah
ia menyebarluaskan devosi kepada Kerahiman Ilahi. Kesehatannya makin hari makin
buruk oleh penyakit paru-paru, tetapi Sr. Faustina tetap berusaha menjalankan
segala tugasnya dalam biara dengan tenang dan gembira. Seluruh hidupnya
dipusatkannya pada perjuangan yang tegas untuk semakin menyatukan diri dengan Allah dan untuk
bekerja sama dengan Yesus melalui bermacam-macam korban dalam karya keselamatan
jiwa-jiwa. ”Yesus, Engkau tahu, bahwa sejak muda aku ingin menjadi orang kudus
yang besar, yaitu mencintai Engkau dengan cinta yang begitu besar yang belum pernah
dilakukan orang lain padaMu” (B.H.-V,23). Akhirnya ia hancur secara fisik,
tetapi dewasa secara rohani dan secara mistik ia bersatu dengan Yesus. Sr.
Faustina dalam keharuman kesalehan meninggal dunia pada tanggal 5 Oktober 1938. Ketika
itu, ia berumur 33 tahun, sama dengan Tuhan Yesus yang mati di Salib untuk
dunia ketika berusia 33 tahun. Kuburnya ada di kota Krakow. Mula-mula, ia dimakamkan
di pekuburan biara, kemudian ketika dimulai proses beatifikasi (21.11.1965)
oleh uskup Krakow, kubur Abdi Tuhan ini dipindahkan ke kapel biara. Dengan
dekrit (1967) Kardinal Karolus Wojtyla, Uskup Krakow, kapela itu menjadi
sanktuarium relikwi Abdi Tuhan Sr. Faustina. Dan pesta Kerahiman Ilahi, yang tahun 1993 jatuh hari 18 April (yaitu hari
Minggu pertama sesudah Paska), Sr. Faustina mendapat gelar beata. Dan pesta St. Faustina dirayakan setiap tanggal 5 Oktober.
“Ketika aku berdoa untuk tanah airku,
Polandia, aku mendengar Yesus bersabda,'Dari Polandia akan muncul `anak api'
yang akan mempersiapkan dunia untuk kedatangan-Ku yang terakhir.'” (St. Faustina Kowalska, Buku Catatan Harian VI, 93). Dan sungguh terjadi; dialah Karol Wojtyla,
yang menjadi Paus Yohanes Paulus II.
Pada tanggal 6 Maret
1959 Paus Yohanes XXIII memaklumkan
dilarangnya penyebarluasan Devosi Kerahiman Ilahi dalam bentuk seperti yang
diajarkan dalam tulisan-tulisan Sr Faustina. Beberapa tahun kemudian,
tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1965, Kardinal Karol Wojtyla selaku Uskup
Agung Krakow, dalam upayanya mendukung Devosi Kerahiman Ilahi, membuka Proses
Informatif, yaitu proses di mana dilakukan penelitian resmi atas hidup,
keutamaan-keutamaan, tulisan maupun devosi yang diajarkan
Sr Faustina Kowalska. Proses Informatif berhasil dengan gemilang
hingga menghantar dibukanya Proses Beatifikasi Sr. Faustina pada
tanggal 31 Januari 1968.
Berkat
perjuangan gigih Kardinal Karol Wojtyla, akhirnya pada tanggal 15 April 1978, Paus Paulus VI memaklumkan
diterbitkannya “Notifikasi” yang menyatakan
bahwa larangan yang dibuat pada tahun 1959 “tidak berlaku lagi”. Terima kasih
Kardinal Karol Wojtyla! Enam bulan setelah
larangan diangkat, 16 Oktober 1978, kardinal dari Polandia ini
diangkat sebagai Paus yang ke-264 dengan
nama Yohanes Paulus II.
Penyembuhan
di makam, 28 Maret 1981. Maureen Digan, yang menderita penyakit Lymphedema yang tidak
tersembuhkan, secara mukjizat
disembuhkan selama perjalanan ziarah ke makam Suster Faustina.
Dinyatakan
sebagai yang Terhormat, 7 Maret 1992.
Dengan menerbitkan "Dekrit Kebajikan Spiritual Maria Faustina Kowalska, Pelayan Tuhan" Gereja mengakui bahwa Sr. Faustina menjalani hidup sesuai dengan segala kebaikan Kristiani secara menonjol. Dengan demikian dia digelari sebagai "Pelayan Tuhan yang Terhormat".
Dengan menerbitkan "Dekrit Kebajikan Spiritual Maria Faustina Kowalska, Pelayan Tuhan" Gereja mengakui bahwa Sr. Faustina menjalani hidup sesuai dengan segala kebaikan Kristiani secara menonjol. Dengan demikian dia digelari sebagai "Pelayan Tuhan yang Terhormat".
Mukjijat
diterima, 22 Desember 1992 Penyembuhan Maureen Digan diterima sebagai suatu mukjizat, melancarkan jalan bagi beatifikasi Faustina.
Beatifikasi,
18 April 1993. Pada hari Minggu setelah Paskah, yaitu hari yang
diusulkan sebagai Hari Raya Kerahiman Allah, Suster Faustina dibeatifikasi
oleh Paus Yohanes Paulus II.
Penyembuhan
melalui perantaraannya, 5 Oktober 1995 Father Ron
Pytel berkumpul bersama umat paroki dan kawan-kawan pada hari raya
Beata Faustina untuk berdoa bagi penyembuhannya dari kondisi jantung
yang serius. Sewaktu menghormati relikwi Beata Faustina, dia jatuh semaput
dan merasa lumpuh total. Kunjungan berikutnya ke dokter ahli jantung
menunjukkan bahwa jantungnya telah sembuh!
Penyembuhan
diteliti, Januari 1997. Peristiwa
penyembuhan Father
Pytel diajukan kepada Kongregasi bagi Penentuan Orang Kudus untuk
dipertimbangkan sebagai syarat mukjijat yang dibutuhkan bagi kanonisasi
Beata Faustina.
Penyelidikan
berakhir, 19 November dan 9 Desember 1999
Baik para dokter maupun teolog di Vatikan mengambil kesimpulan dari suatu penyelidikan yang sangat teliti terdapat peristiwa penyembuhan tersebut.
Baik para dokter maupun teolog di Vatikan mengambil kesimpulan dari suatu penyelidikan yang sangat teliti terdapat peristiwa penyembuhan tersebut.
Dipublikasikan
sebagai suatu mukjijat, 20 Desember 1999. Paus Yohanes Paulus II
memerintahkan publikasi atas fakta penyembuhan tersebut sebagai suatu mukjizat.
Pada Pesta Kerahiman Ilahi tanggal 30 April 2000,
Sr. Faustina dikanonisasi oleh paus yang sama,
Paus Yohanes Paulus II. Pesta St Faustina dirayakan
setiap tanggal 5 Oktober.
II.
Inti Devosi kepada Kerahiman Ilahi
Dalam sejarah Gereja, bisa kita temui bermacam-macam
devosi yang memperkuat atau membaharui kehidupan rohani umat yang sedang berada
dalam perjalanan ke rumah Bapa. Di antaranya, devosi yang paling baru dan
menurut kata Tuhan Yesus sendiri merupakan devosi yang harus mempersiapkan umat
untuk kedatangan terakhir Penyelamat yang Mahaadil, adalah devosi kepada
Kerahiman Ilahi. Inti devosi itu terdiri atas lima bagian yang sama
penting:
1.
Gambar Yesus
Maharahim
2.
Pesta
Kerahiman Ilahi
3.
Rosario
Kerahiman
4.
Jam
Kerahiman
5.
Penyebarluasan
devosi kepada Kerahiman Ilahi
1. Gambar Yesus
Maharahim
Dengan tulisannya: ”Yesus, aku berharap padaMu”.
Lukisan yang ajaib itu ditunjukkan kepada St. Faustina oleh Yesus sendiri dalam
penampakanNya tanggal 22.2.1931: ”Sore itu ketika aku berada dalam kamarku, aku
melihat Tuhan Yesus berpakaian jubah putih. Tangan kananNya terangkat seperti sikap memberi berkat
dan tangan kiriNya terdekap di dadaNya. Dari pakaianNya yang terbuka di dada
keluar dua sinar besar: yang satu berwarna merah dan yang satu lagi nampak
pucat... kemudian Yesus berkata: ”Lukislah
sebuah gambar tepat seperti yang kau lihat ini dan sertakan tulisan di bawahnya
”Yesus, aku berharap padaMu!” Aku
ingin supaya gambar itu dihormati mula-mula di kapelmu, lalu kemudian di
seluruh dunia. Aku berjanji, bahwa jiwa yang menghormati gambar itu tak akan
binasa. Untuk mereka, Aku menjanjikan juga kemenangan atas musuh-musuh mereka
mulai di dunia ini, khususnya pada jam kematian mereka. Aku sendiri akan
membela mereka seperti KemuliaanKu” (B.H.-I,18). Kemudian, tahun 1934, sementara aku berdoa
aku mendengar: ”Dua sinar itu
melambangkan darah dan air. Yang pucat melambangkan air yang menguduskan jiwa-jiwa.
Yang merah melambangkan darah yang memberi hidup bagi jiwa-jiwa. Dua sinar
itu keluar dari KerahimanKu ’ketika HatiKu dibuka dengan tombak salib’. Sinar-sinar
itu melindungi jiwa-jiwa terhadap murka BapaKu. Berbahagialah orang yang hidup
dalam naunganNya, karena tangan Allah yang adil tidak akan menyentuhnya!”
(B.H.-I,130). Tetapi Yesus terus memperingatkan kita
terhadap ’devosi kosong’ yang berarti kita memiliki gambar dan
berdoa, tetapi cara hidup kita jauh dari ajaran Yesus dan jauh dari teladan hidupNya.
”Melalui gambar itu, Aku akan memberi
banyak rahmat kepada jiwa-jiwa. Dan gambar itu akan membuat orang ingat akan
tuntunan KerahimanKu. Sebab betapa pun kuatnya iman seseorang, tetapi tanpa
perbuatan, orang itu tak bisa tertolong.” (B.H.-II,162). Dengan
demikian, mudah bagi kita untuk memahami jaminan Yesus: ”Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh
kemurahan!”. Dan kita semua mengetahui bahwa kemurahan hati sama dengan
belas kasihan, rahim dan kebaikan hati terhadap sesama. Sejalan dengan ini,
kita juga harus ingat perkataan St. Yakobus: ”iman tanpa perbuatan adalah
iman yang kosong” (Yak 2:20). ”Tahun 1933 di Vilnius (Lituania) dirayakan
HUT kematian Tuhan Yesus yang ke-1900. Saat itu, gambar Yesus Maharahim juga
terpampang di situ. Sekarang aku mengerti bahwa keselamatan dan Kerahiman
harus disatukan, seperti yang diminta Tuhan” (B.H.-I,37). Pentingnya
penghormatan terhadap gambar dan hasilnya bisa kita lihat dari permintaan Yesus
sendiri yang berulang kali membicarakannya kepada St. Faustina. Tahun 1934,
Yesus berkata: ”Aku memberi kepada umat
manusia sebuah wadah yang harus mereka pakai ketika mereka datang ke sumber
Kerahiman. Wadah itu adalah gambar dan tulisan ’Yesus, aku berharap padaMu’ ”
(B.H.-I,138). Beberapa bulan sebelum meninggal, St. Faustina menulis: ”Hari ini
aku melihat Kemuliaan Tuhan yang mengalir dari gambar ajaib ini. Banyak jiwa
mendapat rahmat meskipun hal itu tidak dilaporkan. Memang, perjalanan sejarah
gambar itu mengalami jatuh bangun, namun Allah tetap mendapat kemuliaan oleh
gambar itu. Usaha-usaha orang jahat dan setan terbentur pada gambar itu dan
mereka hancur binasa. Meskipun setan yang jahat itu berjuang dengan keras, Kerahiman
Allah akan tetap berjaya atas seluruh dunia dan akan dihormati oleh semua jiwa”
(B.H.-VI,136). Sekarang telah Anda ketahui bahwa bagian yang penting dalam
devosi kepada Kerahiman Ilahi adalah gambar dengan tulisan ’Yesus, aku berharap
padaMu’. Apakah Anda sudah memiliki gambar itu? Dan apakah gambar itu Anda
letakkan di tempat yang terhormat di rumah Anda?...
2. Pesta
Kerahiman
Tuhan Yesus sendiri meminta supaya diadakan pesta
peringatan Kerahiman itu. Dalam penampakkanNya (22.2.1931) kepada St. Faustina,
Tuhan Yesus mula-mula berbicara tentang gambar ajaib. Kemudian, Ia minta
supaya diadakan pesta Kerahiman Ilahi.
”Aku mau supaya ada
pesta Kerahiman. Aku mau supaya gambar itu diberkati secara mulia pada hari
Minggu pertama sesudah Paskah. Hari Minggu itu harus menjadi Pesta Kerahiman” (B.H.-I,18). Nampaknya, Yesus menganggap perihal
pesta peringatan itu penting sekali,
karena itu diulangiNya lagi: ”Aku mau
supaya pada hari Minggu pertama sesudah Paskah, gambar ini
dihormati di muka umum. Hari Minggu itu adalah Pesta Kerahiman. Melalui
Sabda yang menjelma, Aku mau supaya orang mengerti dalamnya KerahimanKu” (B.H.-I,37). ”Pesta
itu muncul dari dalam KerahimanKu. Tiap jiwa yang percaya dan berharap pada
KerahimanKu akan menerimaNya” (B.H.-I,175). ”Katakanlah kepada jiwa-jiwa, putri-Ku, bahwa Aku memberi kepada mereka
KerahimanKu, supaya mereka dapat membela diri di hadapan murka Allah. Aku
sendiri akan berjuang menggantikan mereka dan menahan murka yang adil dari
BapaKu. PutriKu, katakanlah, bahwa pesta KerahimanKu keluar dari dalam
rahimKu supaya seluruh dunia dihibur” (B.H.-V,113). ”Aku mau supaya hari Minggu pertama sesudah Paskah menjadi
Pesta Kerahiman. Mintalah supaya abdiku (P. Mikael Sopocko) pada hari
itu mengumumkan ke seluruh dunia tentang KerahimanKu. Siapa yang pada hari
itu mendekati sumber kehidupan, ia akan menerima pangampunan atas segala
dosanya dan dibebaskan dari hukuman. Umat manusia tak akan menikmati damai
sebelum mengarahkan hati dengan penuh harapan kepada KerahimanKu” (B.H.-I,130). ”PuteriKu,
katakan kepada dunia tentang KerahimanKu yang tak dimengerti. Aku mau supaya
pesta KerahimanKu menjadi tempat pengungsian dan naungan untuk semua jiwa, khususnya
para pendosa yang merana. Pada hari itu, akan terbukalah isi KerahimanKu
dan Aku akan meluapkan seluruh lautan rahmat atas jiwa-jiwa yang mendekati
sumber KerahimanKu. Orang yang mengaku dosanya dan menerima Komuni, akan
menerima pengampunan atas dosanya dan akan bebas dari hukuman. Pada hari
itu akan terbukalah semua pintu bendungan ilahi dan akan mengalirkan semua
rahmat. Semoga tak ada jiwa yang takut mendekati Aku, meskipun
dosanya seperti kain yang merah padam, KerahimanKu begitu besar sehingga sampai
kekal tak ada otak manusia maupun malaikat yang dapat menyelaminya. Pesta
Kerahiman berasal dari isi HatiKu dan Aku ingin supaya pesta itu dirayakan pada
hari Minggu pertama sesudah Paskah. Umat manusia tak mungkin merasa tenteram sebelum
menoleh kepada sumber KerahimanKu.”
(B.H.-II,138).
Seperti ketika berbicara tentang gambar ajaib, di tempat
yang sama, Yesus juga mengawaskan supaya kita tidak hanya merayakan pesta
saja tanpa mengamalkan belas kasihan. Perayaan dengan cara itu bisa menjadi
fitnahan bagi KerahimanNya! ”Engkau
harus mengamalkan Kerahiman selalu dan di mana-mana kepada sesama dan engkau
tak dapat menghindar, mencari-cari alasan untuk membenarkan diri dari tuntuntan
itu. Aku memberi engkau tiga cara untuk melaksanakan pebuatan
belas kasihan terhadap sesama. Yang pertama, perbuatan. Yang kedua, perkataan.
Yang ketiga, doa. Dalam tiga tingkat itu terdapat kepenuhan Kerahiman dan
merupakan bukti cinta kepadaKu yang tak dapat dibantah. Benar, hari Minggu
pertama sesudah Paskah adalah pesta Kerahiman, tetapi harus disertai juga
dengan perbuatan belas kasihan. Aku menuntun penghormatan kepada
KerahimanKu melalui perayaan pesta itu dan melalui penghormatan pada gambar itu” (B.H.-II,162). ”Dan Yesus minta supaya saya membuat
novena sebelum pesta Kerahiman itu dengan maksud supaya seluruh dunia bertobat
dan mengenal Kerahiman Ilahi” (B.H.-III,16). ”PuteriKu, pada pesta Kerahiman Ilahi, engkau harus menjelajah seluruh
dunia dan membawa ke sumber KerahimanKu jiwa-jiwa yang lemah dan Aku akan
menyembuhkan mereka” (B.H.-I,99). Mungkin Anda akan bertanya mengapa hari
Minggu pertama sesudah Paskah dipilih untuk pesta itu. Pilihan berdasarkan pertimbangan
teologis yang dalam sekali, yang menunjukkan hubungan erat di antara rahasia
penyelamatan yang dirayakan pada Minggu Besar dan Kerahiman Ilahi. Hubungan
itu digarisbawahi dalam novena yang Yesus minta mulai dari hari Jumat Besar.
Harus ditambahkan bahwa novena itu bukan hanya pada saat menjelang pesta
Kerahiman. Tuhan Yesus sendiri minta
supaya novena itu didoakan pada kesempatan dan keperluan lain (B.H.-I,142+231).
3. Rosario
Kerahiman (Koronka)
Dalam penampakan 13-14 September 1935, Tuhan Yesus
sendiri mengajar Sr. Faustina bagaimana ia (dan kita semua) harus berdoa ‘Rosario
Kerahiman’. Dalam bahasa Polandia, Tuhan Yesus memakai kata ‘Koronka’
yang artinya ‘mahkota kecil’ juga berarti ’untaian manik-manik bagus’ yang biasanya dihadiahkan kepada orang yang kita kasihi.
Kata Yesus: ”Doa itu bertujuan untuk
memadamkan murkaKu. Engkau harus mengucapkan doa itu selama 9 hari sambil
memakai rosario biasa dengan cara berikut:
Lebih dahulu
berdoalah satu kali ’Bapa Kami’, satu kali ’Salam Maria’, dan ’Aku
Percaya’.
Sesudah itu,
pada biji-biji besar (biji ’Bapa Kami’) berdoalah:
’Bapa yang
kekal, kupersembahkan kepadaMu, Tubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an PuteraMu
yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus, sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan
dosa seluruh dunia’.
Pada biji-biji
kecil (biji ’Salam Maria’) berdoalah:
’Demi
sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasihMu kepada kami dan seluruh
dunia’.
Dan, sebagai
penutup, berdoalah tiga kali:
’Allah yang
Kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh
dunia.’
Pada kesempatan yang lain, Yesus berkata kepada Sr.
Faustina: ”Hendaklah tak
henti-hentinya engkau berdoa ’Rosario Kerahiman’ yang telah Kuajarkan
kepadamu. Siapa yang mendoakannya akan mendapat Kerahiman yang besar pada
jam kematiannya. Para imam akan memberi doa itu kepada para pendosa sebagai
tumpuan harapan terakhir. Untuk pendosa yang paling keras hatinya, biarpun
hanya sekali berdoa ’Rosario Kerahiman’, ia akan mendapat rahmat
KerahimanKu yang tak terbatas. Aku mau memberi rahmat yang berlimpah kepada
jiwa-jiwa yang berharap pada KerahimanKu” (B.H.-II,129). ”Seperti kemuliaanKu sendiri akan membela
tiap jiwa pada jam kematiannya, kalau ia berdoa ’Rosario Kerahiman’ atau ada
orang lain yang berdoa di dekatnya ketika ia sedang berada dalam sakrat maut,
maka ia akan mendapat indulgensi yang sama. Ketika orang berdoa ’Rosario
Kerahiman’ di dekat orang yang sedang mengalami ajalnya, murka Allah dipadamkan
dan Kerahiman yang tak terselami merangkul jiwanya. Isi Kerahiman digerakkan
oleh sengsara yang dahsyat dari PuteraKu” (B.H.-II,204). ”PutriKu,
bangkitkanlah semangat jiwa-jiwa untuk berdoa ’Rosario Kerahiman’ yang engkau
dapat dariKu. Karena dengan berdoa ’Rosario Kerahiman’, mereka akan menerima
semua yang mereka minta. Para pendosa yang keras hatinya kalau berdoa
’Rosario Kerahiman’ akan mendapat ketenangan hati dan pada saat ajalnya, mereka
akan mengalami kebahagiaan” (B.H.-V,124). ”Yesus begitu baik hati dan
memberikan kita begitu banyak janji, sampai-sampai para Malaikat pun kagum atas
rahasia Kerahiman Ilahi yang tak dapat mereka pahami. Semua yang keluar
dari tangan Sang Pencipta, terselubung dalam rahasia yang tak dapat dimengerti,
yaitu dalam rahim KerahimanNya” (B.H.-V,131). ”Jiwa-jiwa yang akan berdoa ’Rosario Kerahiman’ akan dirangkul oleh
KerahimanKu selama hidupnya terutama pada jam kematiannya” (B.H.-,171).
Yesus juga minta supaya ’Rosario Kerahiman’ didoakan sebagai novena khusus.
”Tuhan Yesus mengamanatkan kepadaku supaya ’Rosario Kerahiman’ didoakan
selama 9 hari sebelum pesta Kerahiman. Harus memberi segala rahmat kepada
jiwa-jiwa” (B.H.-II,197). ”Aku senang
dengan hatimu. Dan dengan berdoa ’Rosario Kerahiman’, engkau mendekatkan umat
manusia kepadaKu” (B.H.-II,281). ”O,
betapa banyak rahmat yang akan Aku berikan kepada jiwa-jiwa yang berdoa
’Rosario Kerahiman’. Isi KerahimanKu tergerak melihat mereka yang berdoa
’Rosario Kerahiman’. Tulislah perkataanKu ini, puteriKu, katakan kepada dunia
tentang KerahimanKu. Semoga umat manusia mengenal KerahimanKu yang tak
terselami. Itulah tanda untuk akhir zaman dan sesudah itu akan ada pengadilan.
Selama masih ada waktu, semoga mereka berlari ke sumber KerahimanKu. Semoga
mereka mengambil manfaat dari Darah dan Air yang mengalir untuk mereka”
(B.H.-II,229). St. Faustina mempergunakan ’doa ajaib’ itu juga untuk
keperluan harian. ”Malam ini, aku menjadi sadar, karena angin ribut dan
taufan serta kilat yang mengerikan. Aku mulai berdoa, supaya jangan terjadi
kerusakan. Tiba-tiba, aku mendengar Yesus berkata: ”Berdoalah ’Rosario Kerahiman’ yang Aku ajarkan kepadamu danangin ribut
akan berhenti”. ”Segera aku mulai berdoa ’Rosario Kerahiman’. Belum sampai
doa itu kuucapkan, angin ribut mereda. Dan aku mendengar kata Yesus”. ”Dengan doa itu, engkau memperoleh semuanya
yang sejalan dengan kehendakKu” (B.H.-VI,93). Pada kesempatan lain, aku
melihat tanaman merana menantikan hujan. Aku jatuh kasihan pada tanaman itu,
lalu aku berniat mau berdoa ’Rosario Kerahiman’ selama mungkin, sampai Tuhan
menurunkan hujan. Sore harinya muncullah
awan dan turunlah hujan yang amat lebat. Aku berdoa selama 3 jam tanpa
berhenti. Dan Tuhan memberitahukan kepadaku, bahwa melalui doa itu, kita bisa
mendapat semuanya” (B.H.-III,35). Nah, semoga Anda juga berniat untuk tiap
hari berdoa ’Rosario Kerahiman’ dan Anda akan memperoleh semuanya!
4. Jam
Kerahiman – Jam 3 Sore
Dalam penampakan tahun 1937, Yesus minta supaya Sr. Faustina
(dan kita semua) menghormati jam kematianNya secara khusus. ”Aku memperingatkan engkau, puteriKu, agar
setiap kali engkau mendengar bunyi jam yang menunjukkan pukul tiga sore,
hendaknya engkau membenamkan dirimu seutuhnya dalam KerahimanKu sambil
memuliakan dan memujiNya. Kumandangkan kemahakuasaanNya bagi seluruh dunia,
terutama bagi para pendosa yang malang. Pada saat itu, Kerahiman
akan terbuka lebar-lebar untuk semua jiwa. Pada jam itu, dunia akan
memperoleh rahmat: Kerahiman mengalahkan pengadilan! PuteriKu, usahakanlah
berdoa Jalan Salib pada jam itu, kalau tidak terhalang oleh kewajibanmu. Kalau tak
mungkin berdoa Jalan Salib, cobalah sebentar saja memasuki kapela, lalu
hormatilah HatiKu yang penuh Kerahiman dalam Sakramen Mahakudus. Kalau juga
tak ada kemungkinan masuk kapela, benamkanlah dirimu dalam doa di mana saja
engkau berada, biarpun hanya sebentar saja. Aku menuntut supaya semua
makhluk memuji KerahimanKu, tetapi lebih dahulu dari engkau, karena Aku telah
membuka rahasiaKu ini kepadamu”
(B.H.V,145). Pada kesempatan lain, Yesus menambahkan lagi: ”PuteriKu, tulislah bahwa semakin besar
kekuranganmu, semakin besar pula engkau memiliki hak untuk KerahimanKu. Dan
bujuklah semua jiwa untuk berharap pada ngarai yang tak dapat dipahami, yakni
KemurahanKu, sebab Aku ingin menyelamatkan mereka semua. Sumber KerahimanKu
dibuka lebar-lebar dengan tombak salib untuk semua jiwa, tanpa terkecuali” (B.H.-III,50).
”Pada setiap jam tiga sore, hendaknya
engkau memohon KerahimanKu, khususnya untuk para pendosa. Biarpun hanya
sebentar saja, renungkanlah sengsaraKu, khususnya saat Aku merasa
ditinggalkan pada jam ajalKu tiba. Itulah saat turunnya Kerahiman yang besar
kepada seluruh dunia... Pada saat itu, Aku tak akan menolak permohonan
jiwa-jiwa yang meminta melalui sengsaraKu” (B.H.-IV,59). Patut
diperhatikan bahwa ada tiga syarat supaya doa pada jam itu dikabulkan:
- Doa itu harus ditujukan kepada Yesus.
- Doa itu harus didoakan pada jam tiga sore.
- Doa itu harus diucapkan dengan perantaraan hakikat jasa Sengsara Yesus.
Dalam agama lain, orang biasa memberi
tanda untuk berdoa lima kali sehari. Apakah tidak baik kalau pada jam tiga sore
lonceng gereja dibunyikan biarpun hanya sebentar saja? Kalau ada tanda
diberikan untuk waktu makan, waktu istirahat, jam sekolah dimulai, saat
berhenti bekerja, mengapa kita tidak memberi tanda pada jam yang paling penting
untuk kita, yaitu jam penyelamatan dan Kerahiman?
5. Penyebarluasan
Devosi kepada Kerahiman Ilahi
Bahwa penyebarluasan devosi ini adalah bagian yang
penting dari inti devosi kepada Kerahiman Ilahi, dibenarkan oleh Yesus sendiri
dengan banyak janji yang besar:
”Aku berjanji
akan menurunkan rahmat yang besar kepadamu dan kepada semua orang yang
menyebarluaskan devosi Kerahiman Ilahi. Aku sendiri akan membela mereka pada
jam kematian mereka seperti kemuliaanKu sendiri. Meskipun dosa-dosa mereka
gelap seperti malam, namun orang berdosa yang berpaling kepada KerahimanKu, ia
akan memuliakan Aku dengan cara yang sangat istimewa. Dan ia merupakan
kehormatan dari sengsaraKu. Ketika jiwa memuliakan kebaikanKu, setan akan gemetar dan
akan lari ke neraka yang paling dalam” (B.H.-I,161). Ketika sedang beradorasi, Yesus
berjanji kepadaku: ”Jiwa-jiwa yang
berlari kepada KerahimanKu dan jiwa-jiwa yang memuliakan dan menyebarluaskan
devosi kepada KerahimanKu, pada jam kematian mereka, Aku akan bertindak bagi
mereka sesuai dengan kerahimanKu yang tak terbatas. HatiKu menderita karena
jiwa-jiwa yang terpilih tidak mengerti betapa besar KerahimanKu, sehingga
pergaulan mereka dengan Aku penuh keraguan. O, betapa besar penderitaan
untuk HatiKu karena itu! Kalau kamu tak percaya sabda-sabdaKu, ingatlah akan
penderitaanKu dan paling kurang, percayalah pada luka-lukaKu!” (B.H.-I,161).
Sebaiknya, kalau di sini Anda berhenti membaca dan merenungkan barang sebentar,
apakah Yesus tidak sakit hati bila Anda kurang berharap pada KerahimanNya? –Dan
supaya Anda lebih rajin berharap, dengarlah apa yang dijanjikan Yesus, ”PuteriKu, catatlah kata-kata ini: Semua
jiwa yang akan memuliakan KerahimanKu dan menyebarluaskan devosi itu, serta
berusaha supaya jiwa-jiwa yang lain juga berharap pada KerahimanKu, ketahuilah
jiwa-jiwa itu pada jam kematiannya tak akan ketakutan. KerahimanKu akan
melindungi mereka pada jam perjuangannya yang terakhir” (B.H.-V,124). ”PuteriKu, katakanlah kepada dunia tentang
KerahimanKu dan tentang cintaKu. Nyala Kerahiman mengobarkan Aku dan Aku ingin
meluapkan nyala itu kepada jiwa-jiwa. O, betapa Aku menderita, ketika mereka
tidak mau menerimamya. PuteriKu, lakukanlah apa yang dapat kau lakukan dalam soal
menyebarluaskan devosi kepada KerahimanKu. Aku akan menambah, apa yang masih
kurang padamu. Katakanlah kepada umat manusia yang sakit, supaya merapat
pada HatiKu yang Maharahim dan Aku akan memenuhinya dengan ketenangan.
PuteriKu, katakanlah bahwa Aku adalah Cinta dan Kerahiman. Kalau jiwa datang
mendekati Aku dengan harapan, Aku akan memenuhinya dengan rahmat berlimpah
sampai ia sendiri tak dapat menampungnya dalam hatinya dan akan melimpah pada
jiwa-jiwa yang lain. Dan jiwa-jiwa yang menyebarluaskan devosi kepada
KerahimanKu akan Kulindungi seumur hidupnya seperti seorang ibu yang dengan penuh
perasaan merangkul anaknya. Dan pada jam kematiannya, Aku akan menjadi
baginya bukan hakim, melainkan Penyelamat yang Maharahim. Pada jam
terakhir itu, jiwa-jiwa tak akan mempunyai senjata lain untuk membela diri,
kecuali KerahimanKu. Berbahagialah jiwa yang sepanjang hidupnya membenamkan
diri dalam sumber KerahimanKu, karena pengadilan tak akan dialaminya. Tulislah:
semua yang ada, berada dalam isi KerahimanKu lebih dalam daripada anak bayi
dalam kandungan ibunya. Ketidakpercayaan pada KerahimanKu akan sangat hebat
menyakiti HatiKu. Aku paling menderita oleh sebuah ketidakpercayaan” (B.H.-III,20-21). ”O,
seandainya para pendosa mengenal KerahimanKu, pasti mereka tidak akan
menghilang terlalu banyak. Katakanlah kepada jiwa-jiwa yang berdosa supaya
jangan takut mendekati Aku. Katakanlah kepada mereka tentang kebesaran
KerahimanKu!” (B.H.-V,35). ”Tulis dan
katakanlah tentang KerahimanKu. Sampaikanlah kepada jiwa-jiwa tempat mereka
harus mencari penghiburan. Tak lain tak bukan, di tempat pengakuan. Di sana
terjadi mujizat-mujizat yang terbesar yang berulang terus-menerus. Supaya
mendapat mujizat itu, tak perlu berziarah jauh-jauh atau membuat upacara besar.
Cukup saja dengan datang mendekati wakilKu dengan iman dan mengakui semua
kekurangan, maka mujizat Kerahiman Ilahi akan terjadi dalam kepenuhan. Seandainya
jiwa berada dalam keadaan seperti mayat yang membusuk dan secara manusiawi tak
ada harapan untuk bangkit dan nampaknya semuanya sudah terlambat, maka ingatlah
bahwa cara Tuhan bukan demikian. Kerahiman Ilahi dapat menghidupkan jiwa itu
seutuhnya. O, sungguh-sungguh miskin mereka yang tak mempergunakan mujizat
Kerahiman Ilahi! Kemudian kamu akan berteriak-teriak, tetapi sudah terlambat!” (B.H.-V,60).
”Hari ini, tanggal 4.6.1937, pada pesta Hati Kudus Yesus, aku mendengar
suaraNya”. ”Rasul KerahimanKu, wartakanlah kepada seluruh dunia
tentang KerahimanKu yang tak terselami! Jangan melemah semangatmu karena
kesulitan yang akan kau temui ketika sedang mewartakan KerahimanKu. Kesulitan
yang begitu hebat melukai engkau diperlukan untuk pengudusanmu dan sebagai
bukti bahwa itu adalah karyaKu, puteriKu. Bersemangatlah dalam menulis tiap
kalimat yang Aku katakan kepadamu tentang KerahimanKu, sebab kata-kataKu sangat
penting untuk banyak jiwa yang akan mempergunakannya’ (B.H.-III,38). ”PuteriKu, Aku minta dengan sangat, supaya
semua waktumu yang terluang kau pergunakan untuk menulis tentang kebaikanKu dan
tentang KerahimanKu. Itulah jabatan dan tugasmu selama hidupmu. Hendaklah
engkau memperkenalkan KerahimanKu yang besar kepada jiwa-jiwa dan menyemangati
mereka untuk berharap pada dalamnya KerahimanKu” (B.H.-V,141). Yesus belum
puas dengan semangat St. Faustina, karena itu terus-menerus Ia meminta yang
sama: ”Buatlah apa yang bisa engkau
perbuat demi devosi kepada KerahimanKu. Aku ingin supaya KerahimanKu dihormati.
Aku memberi kepada umat manusia pedoman keselamatan terakhir, yaitu pelarian ke
KerahimanKu. HatiKu bergembira karena dirayakannya pesta
KerahimanKu” (B.H.-II,319). ”Dari semua luka-lukaKu, mengalir
KerahimanKu kepada jiwa-jiwa. Luka HatiKu adalah sumber Kerahiman yang tak
terselami. Dari sumber itu mengalirlah rahmat untuk jiwa-jiwa. Api belas
kasihan mengobarkan Aku dan Aku mau menuangkannya kepada jiwa-jiwa. Katakanlah
kepada seluruh dunia tentang ’KerahimanKu’!” (B.H.-III,52). ”Seberapa banyak kali engkau berbicara pada
orang lain tentang KerahimanKu, sekian banyak kali engkau menggembirakan
HatiKu” (B.H.-I,83). ”Seluruh
neraka berjuang melawan engkau dalam perjuanganmu menyebarkan devosi itu.
Karena banyak jiwa akan berbalik dari pintu neraka dan akan memuji KerahimanKu.
Jangan engkau takut, sebab Aku selalu besertamu. Dan Aku tahu bahwa
engkau tak sanggup berbuat apa-apa dari dirimu sendiri” (B.H.-II,94). Sebab
itu, Yesus mengirim St. Faustina kepada para imam: ”PuteriKu, katakanlah kepada para imam tentang KerahimanKu yang tak
terselami. Sinar Kerahiman menyalakan Aku dan Aku mau menyinari jiwa-jiwa” (B.H.-I,88).
”Jiwa-jiwa tak akan mendapat
pengampunan sebelum mereka meminta dengan penuh harapan kepada KerahimanKu.
Sebab itu, hari Minggu pertama sesudah Paskah harus dijadikan pesta KerahimanKu. Dan pada
hari itu, para imam harus berkhotbah kepada umat tentang Kerahiman yang besar dan tak
terselami. Aku menjadikan engkau pembagi KerahimanKu... Gambar itu
harus dipajang di gereja, bukan di klausur biara. Melalui gambar itu,
jiwa-jiwa akan mendapat banyak rahmat dan karena itu semua orang harus diberi
kesempatan untuk berdoa di muka gambar itu” (B.H.-II,40). ”Aku ingin agar para imam berkhotbah tentang
KerahimanKu yang besar, terhadap jiwa-jiwa yang berdosa. Orang berdosa tak
usah takut mendekati Aku!” (B.H.-I,18). ”Katakanlah kepada pada imam, bahwa pendosa yang keras hatinya akan
bertobat ketika para imam berkhotbah tentang KerahimanKu yang tak terselami dan
tentang belas kasihan yang ada dalam HatiKu terhadap mereka. Para imam yang akan berbicara
dan memuji KerahimanKu akan menerima kekuatan ajaib. Aku akan turun tangan,
mengharukan hati para pendengar”
(B.H.-V,115). Dalam usaha menyebarluaskan devosi itu, Bunda Maria juga ikut
ambil bagian yang cukup besar. Bunda Maria berkata kepada St. Faustina: ”Engkau harus
berbicara tentang Kerahiman Ilahi dan mempersiapkan dunia bagi kedatangan Yesus
di akhir zaman. Dia akan datang nanti bukan lagi sebagai Penyelamat yang
Maharahim, melainkan sebagai Hakim yang Mahaadil. O, betapa dahsyatnya hari
itu! Sudah ditentukan hari pengadilan, hari murka Allah. Para Malaikat
sekalipun akan gemetar! Berbicaralah kepada semua orang tentang Kerahiman” (B.H.-II,91). Kemudian Yesus berkata: ”Sebelum Aku datang sebagai Hakim yang
adil, lebih dulu Aku akan datang sebagai Raja yang Maharahim. Sebelum
datang hari pengadilan, akan ada tanda di langit sebagai berikut: segala
terang di langit akan lenyap dan akan ada kegelapan yang besar di seluruh bumi.
Waktu itu akan nampak tanda salib di langit dan dari bekas-bekas paku akan
keluar sinar yang besar, yang untuk sementara akan memberi terang kepada dunia.
Tanda ini terjadi sebelum hari terakhir” (B.H.-I,35). ”Untuk menghukum, Aku mempunyai waktu yang
abadi. Sekarang Aku masih memperpanjang masa KerahimanKu. Tetapi,
menyesal sekali, kalau mereka tidak mengenal waktu kedatanganKu. PuteriKu,
sekretaris KerahimanKu, engkau tidak saja harus menulis dan mewartakan
KerahimanKu, melainkan juga engkau harus berdoa meminta rahmat agar para pendosa
juga memuji KerahimanKu” (B.H.-III,44). ”O,
betapa sakitnya HatiKu melihat jiwa-jiwa yang masih ragu. Jiwa-jiwa yang
demikian mengakui bahwa Aku kudus dan adil, tetapi mereka tak percaya bahwa aku
adalah Kerahiman. Mereka tak percaya kebaikan HatiKu. Setan saja memuji
keadilanKu, tetapi tak percaya kebaikan HatiKu. HatiKu
bergembira dengan julukan Kerahiman. Sampaikan kepada semua orang, bahwa Kerahiman
adalah sifat Allah yang paling besar. Segala karya tanganKu dimahkotai
dengan Kerahiman” (B.H.-I,130). Sebagai
kata penutup, untuk semuanya itu harus ditambahkan, bahwa penyebarluasan
devosi kepada Kerahiman Ilahi tidak memerlukan banyak bicara, melainkan belas
kasihan, hidup sesuai dengan ajaran Yesus yang Maharahim dan berharap tanpa
pamrih kepada KerahimanNya. Teladan untuk itu kita dapati dalam diri St.
Faustina! Semboyannya: ”Tiap hari akan kulakukan paling kurang perbuatan
belas kasihan, (bisa juga lebih) karena perbuatan belas kasihan itu mudah
sekali dilakukan oleh siapa saja, biarpun orang yang paling miskin sekalipun.
Pelaksanaan Kerahiman itu terdiri atas tiga cara: Pertama, belas kasihan
bisa diwujudkan melalui kata pengampunan atau hiburan. Kedua: bila tidak
mungkin dengan kata-kata, dengan doa juga bisa terlaksana belas kasihan.
Ketiga: dengan perbuatan belas kasihan. Di akhir zaman, kita akan
diadili menurut tindakan belas kasihan, dan kita akan mendapat keputusan kekal
sesuai dengan belas kasihan pula” (B.H.-III,43).